May
18
2018
     14:42

Investasi Program Pembangunan Infrastruktur Publik Diharapkan Mampu Mendorong Perdagangan

Investasi Program Pembangunan Infrastruktur Publik Diharapkan Mampu Mendorong Perdagangan

JAKARTA, 17 Mei 2018 - Pada kurun waktu Desember 2017 – Januari 2018 lalu, HSBC melaksanakan survei perdagangan di tingkat global untuk mempelajari sentimen dan ekspektasi bisnis terhadap industry perdagangan global untuk 12 bulan mendatang. Survei yang dilaksanakan di 26 pasar negara ini kemudian menghasilkan laporan terbaru HSBC yang berjudul: Navigator: Now, Next and How for Business.

Dari 6,000 perusahaan yang kami survei secara global, 61% memandang bahwa pemerintahan negara-negara di dunia semakin protektif terhadap ekonomi domestik mereka. Sentimen ini paling banyak diekspresikan perusahaan-perusahaan di Timur Tengah dan Afrika Utara (70%), Asia Pasifik (68%),
Amerika Serikat (61%) dan Eropa (50%).

Oleh sebab itu, tren bisnis global mayoritas melakukan pengembangan peluang perdagangan dengan mencari mitra regional. Hal ini melalui pertimbangan bahwa hampir tiga perempat (74%) perdagangan luar negeri di Eropa dan Asia Pasifik dilakukan di wilayah mereka sendiri. Tren ini diprediksi akan berlanjut selama tiga sampai lima tahun mendatang sebagai rencana ekspansi bisnis perusahaan.

Dalam aspek kebijakan pemerintah, kebijakan yang dibuat untuk memperkuat hubungan regional, seperti Belt and Road Initiative(40%) dan ASEAN 2025 (37%) yang paling banyak disebut sebagai kebijakan yang akan membawa dampak positif bagi perusahaan-perusahaan internasional.

"Secara keseluruhan, perusahaan telah menunjukkan kelincahan yang luar biasa dalam menavigasi bisnis mereka dalam lanskap kebijakan perdagangan yang sedang berubah. Mereka semakin tahu caranya mengadaptasikan rencana bisnis dan hubungan bisnis agar bisa terus berpartisipasi dalam rantai pasokan yang tengah bergeser. Strategi mereka termasuk meningkatkan perdagangan regional, mendirikan usaha patungan atau mendirikan anak usaha di lebih banyak pasar, dan memanfaatkan setiap peluang yang muncul dalam tren permintaan konsumen dan tren teknologi digital. Dengan mengambil waktu untuk memahami faktor-faktor pendorong dan penghambat perdagangan, pemimpin bisnis dapat mengidentifikasi segala risiko dan peluang, dan membuat keputusan yang matang untuk pertumbuhan di masa depan,” kata Noel Quinn, Chief Executive, Global Commercial Banking, HSBC Group.

Sentimen Indonesia Terhadap Proteksionisme Global

Negara-negara di ASEAN seperti Vietnam, Malaysia, Thailand, Singapura dan Indonesia juga termasuk dalam sampel 26 pasar negara yang menjadi lokasi survei untuk laporan Navigator: Now, Next and How for Business. Indonesia saat ini merupakan pasar negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara yang memiliki ambisi untuk naik dari posisi ke-16 secara global menjadi ke-7 pada tahun 2030. Pada saat itu, Indonesia berharap memiliki basis konsumen sebanyak 135 juta, dimana 71% dari jumlah tersebut akan tinggal di daerah perkotaan, dan 86% akan berkontribusi terhadap PDB Indonesia.

Peningkatan ekonomi Indonesia didukung oleh kenaikan harga komoditas, pertumbuhan global yang lebih kuat, peningkatan perdagangan internasional, serta kondisi moneter dan keuangan yang relatif akomodatif. Bank Indonesia melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia telah mencapai 5,05% sepanjang tahun 2017 yang didominasi oleh dukungan ekspor dan investasi. Hasil ini lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016 yang mencapai 5,02%. Melihat pertumbuhan dan daya tahan ekonomi Indonesia yang semakin meningkat, Bank Dunia pun optimis memperkirakan peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat menjadi 5,3% pada 2018/2019.

“Pertumbuhan ini didukung oleh beberapa faktor seperti keseimbangan positif perdagangan karena permintaan global yang tinggi dan meningkatkan prospek ekonomi dunia. Pertumbuhan ekonomi ini didukung oleh pemerintah Indonesia, yang telah melakukan banyak hal untuk meningkatkan ekonomi dan mendanai proyek-proyek infrastruktur,” kata Catherine Hadiman, Direktur Commercial Banking, PT Bank HSBC Indonesia.

Menurut laporan Navigator: Now, Next and How for Business, inisiatif perdagangan diharapkan memiliki dampak positif atau cenderung netral terhadap perusahaan-perusahaan Indonesia. Proses integrasi ASEAN yang sedang berlangsung pun dilihat secara optimis mampu membawa potensi bisnis besar selama beberapa tahun ke depan. Sama seperti tren global yang cenderung fokus mencari mitra perdagangan di tingkat regional, fokus mitra perdagangan Indonesia adalah di negara-negara tetangga di kawasan Asia dengan Singapura (57%) dan Malaysia (43%), dan Jepang (37%)mitra dagang penting mereka bersama dengan Jepang (37%).

“Meningkatnya proteksionisme global mendorong perusahaan untuk memilih pendekatan perdagangan yang lebih bersifat regional atau homogen dalam beberapa tahun terakhir. Ini menguntungkan ASEAN yang memiliki komitmen untuk terus membangun dan mempertahankan momentum bisnis di kawasan tersebut. Bisnis di Indonesia harus didorong oleh pendekatan proaktif pemerintah untuk menegosiasikan kesepakatan perdagangan, dan untuk siap memanfaatkan segala peluang yang tercipta,” tambah Hadiman.

Pembangunan Infrastruktur untuk mendorong Perdagangan

Masih dalam perspektif Indonesia, ekonomi global yang sehat seharusnya mampu mendukung kenaikan harga komoditas dan volume perdagangan untuk Indonesia pada tahun 2018. Namun, pertumbuhan berkelanjutan dalam jangka panjang bergantung pada komitmen penuh pemerintah untuk meningkatkan investasi infrastruktur, dan mengurangi biaya melakukan bisnis.

HSBC Navigator: Now, Next and How for Business memperlihatkan bahwa prospek perdagangan jasa – atau trade services juga bertumbuh positif. Kontributor utama pertumbuhan layanan adalah investasi infrastruktur publik, peluang bisnis di dalam dan luar negeri, dan iklim politik yang menguntungkan.

Hampir dua pertiga (61%) dari pelaku bisnis di Indonesia mengharapkan peningkatan volume perdagangan jasa dalam jangka waktu 12 bulan ke depan, dimana investasi dalam program infrastruktur publik (30%) dan peluang offshoring / onshoring (27%) menjadi faktor pendorong utama yang mampu memicu pertumbuhan perdagangan jasa. Hal ini sejalan dengan tren di pasar Asia lainnya dimana keduanya pun menjadi pendorong utama, dan sesuai dengan rata-rata hasi survei global yang juga memiliki harapan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan volume perdagangan jasa (61%). Situasi politik yang kondusif juga membantu pertumbuhan, pada tingkat yang sama dengan rata-rata global. Para pelaku bisnis di Indonesia berupaya mengembangkan portofolio layanan mereka dengan menawarkan layanan bernilai tambah (26%), layanan baru (24%) dan mengakuisisi bisnis lain (20%).

Masih dari laporan Navigator: Now, Next and How for Business, meningkatnya investasi program infrastruktur publik, reformasi regulasi yang ramah bisnis, serta pelonggaran kondisi moneter, ekspor dan impor diproyeksikan meningkat. Kenaikan harga komoditas pada kuartal terakhir 2017 memberi harapan hingga 74% pelaku bisnis akan meningkatnya volume perdagangan.

“Infrastruktur adalah faktor kunci untuk membuka potensi Indonesia, dan manfaat jangka panjang dari program infrastruktur Indonesia yang, sementara ada juga peluang langsung untuk bisnis lokal dan investor,” ujar Hadiman.

Sejalan dengan meningkatnya sentimen pertumbuhan, kebutuhan finansial di sektor perdagangan diharapkan meningkat dan menjangkau pangsa pembiayaan yang lebih luas. Tantangan utama yang dihadapi oleh pebisnis Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan perdagangan adalah biaya transaksi yang tinggi (32%), lingkungan politik yang tidak menguntungkan (29%) (Pilkada yang akan datang dapat menyebabkan gangguan), dan volatilitas nilai tukar (27%).

Catatan:

Navigator: Now, Next and How for Business (“HSBC Navigator”) adalah laporan perdagangan global dan kepercayaan bisnis yang paling komprehensif. Laporan menggabungkan perkiraan ekonomi perdagangan bilateral jangka menengah-panjang untuk ekspor / impor barang dan jasa di 26 pasar (oleh Oxford Economics), dan survei global yang mengukur sentimen bisnis dan ekspektasi pada aktivitas perdagangan dan pertumbuhan bisnis (oleh Kantar TNS).

HSBC Navigator membantu memanfaatkan peluang bisnis baru dan membuat keputusan untuk masa depan dengan memahami prospek perdagangan internasional.

Laporan lengkap dapat diakses melalui: http://www.business.hsbc.co.id/id-id/id/article/trade-navigator

Kami juga dapat menyediakan data tambahan dan wawasan tentang topik-topik berikut:

1. Perdagangan Jasa: Bagian layanan dalam perdagangan dunia telah meningkat dan pertumbuhan ini akan terus berlanjut. Tiga dari lima (61%) pelaku usaha optimis tentang pertumbuhan bisnis layanan mereka dalam jangka pendek dan mengatakan bahwa ekspansi ke pasar baru (32%) dan area layanan (24%) serta menggunakan e-commerce (24%) akan mendorong pertumbuhan ini. Pengelompokan barang dan jasa juga mengalami kemajuan, dan perbedaan ini bisa semakin kabur.

2. Kebijakan perdagangan - Pandangan bisnis: Perusahaan berpotensi kehilangan peluang utama dengan berfokus pada pertumbuhan dan kebijakan perdagangan di wilayah mereka, dan kurangnya kesadaran ketika masuk ke lingkungan perdagangan global yang lebih luas. Jalur Sutra Tiongkok yang Baru, dan ASEAN 2025 adalah dua kebijakan yang mendapatkan kepercayaan terbesar dari para pelaku bisnis.

3. Perkiraan perdagangan ekonomi: Tren ekonomi di dalam berita utama perdagangan global mengungkapkan pandangan optimis untuk pertumbuhan. Pertumbuhan perdagangan global menanjak tahun lalu - dengan volume perdagangan barang yang tumbuh 1,4 kali lebih cepat dari GDP global. Momentum ini diproyeksikan akan berlanjut, dengan pertumbuhan 7% berdasarkan nilai pada 2018 (1,2 x PDB berdasarkan volume) untuk barang dan jasa. Pemerintah harus memanfaatkan sweet spot ekonomi global saat ini untuk mengejar kebijakan yang akan mempromosikan perdagangan.

Halaman   1 2 Show All

Release Terkini

No Release Found

Terpopuler


2024 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved