April
30
2018
     10:15

Kompleks Petrokimia Kedua Milik Chandra Asri Petrochemical Capai Jejak Langkah Baru

Kompleks Petrokimia Kedua Milik Chandra Asri Petrochemical Capai Jejak Langkah Baru

Jakarta, 29 April 2018 – PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP), melalui entitas anaknya, PT Chandra Asri Perkasa (CAP2), menapaki jejak langkah baru terkait pemilihan teknologi untuk pembangunan kompleks petrokimia keduanya di Indonesia. CAP2 menandatangani enam perjanjian lisensi dan desain teknik pada Jumat lalu (27/04) lalu dengan pemegang lisensi kelas dunia, diantaranya Lummus Technology CB&I untuk Naptha Cracker dan pabrik Butadiene; GTC Technology untuk aromatics (benzene, toluene and xylenes) recovery plant; Texplore untuk pabrik High Density Polyethylene (HDPE); dan Lyondellbasell untuk pabrik Low Density Polyethylene (LDPE) dan pabrik Polypropylene (PP).

“Sebagai bagian dari strategi pertumbuhan kami untuk memenuhi permintaan produk petrokimia yang semakin berkembang di Indonesia, Chandra Asri Perkasa berdiri pada April 2017 untuk melakukan studi kelayakan kompleks petrokimia kedua yang diperkirakan memiliki total investasi sebesar US$ 4-5 milyar. Pemilihan lisensi-lisensi teknologi ini adalah tonggak bersejarah yang mengukuhkan rencana kami berekspansi di bidang petrokimia. Kami yakin teknologi yang dipilih ini akan memastikan produktivitas yang tinggi dan efisien untuk kompleks baru kami” kata Erwin Ciputra, Presiden Direktur CAP.

Kompleks kedua ini akan menghasilkan 1.1 MMTA Ethylene, 600 KTA Propylene, 175 KTA Butadiene, 363 KTA Benzene, 450 KTA HDPE dan 450 KTA PP untuk operasi setahun penuh. CAP2 akan menyelesaikan desain teknik dasar pada akhir 2018 dan sedang menunggu keputusan investasi akhir yang diharapkan sudah ada pada awal tahun 2020 dan pengoperasian secara komersial direncanakan mulai pada awal 2024.

“Setelah kompleks petrokimia kedua kami beroperasi penuh, kami akan semakin memenuhi permintaan domestik dengan lebih baik sekaligus meringankan beban impor, serta berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, dan memperbaiki keseimbangan perdagangan. Kami optimis eksekusi proyek ini akan berjalan lancar, dengan tentunya dukungan dan insentif dari pemerintah sebagai salah satu dari 10 industri yang diprioritaskan dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional tahun 2015-2035.” Erwin menambahkan. Produk petrokimia dari kompleks petrokimia yang baru ini ditargetkan dapat menurunkan angka impor Indonesia terhadap Olefin dan Poliolefin yang saat ini berjumlah lebih dari 2 juta metrik ton per tahun.

Saat ini, CAP adalah produsen petrokimia yang terbesar dan terintegerasi di Indonesia dengan perkiraan pangsa pasar dalam negeri 52% untuk Olefin, 24% untuk Polyethylene, dan 29% untuk Polypropylene.

Sekilas Perseroan

TPIA, anak perusahaan PT Barito Pacific Tbk sebagai pemegang saham mayoritas, merupakan perusahaan petrokimia Indonesia terbesar yang terintegrasi yang memproduksi olefins dan polyolefins. TPIA menggabungkan teknologi terkini dan fasilitas penunjang di Cilegon dan Serang, Provinsi Banten. Perseroan merupakan satu-satunya produsen yang mengoperasikan naphtha cracker, dan juga produsen domestik tunggal ethylene, styrene monomer dan butadiene. Selain itu, Perseroan merupakan produsen polypropylene terbesar di Indonesia. TPIA menghasilkan bahan baku plastik dan kimia yang digunakan untuk produk kemasan, pipa, otomotif, elektronik, dll. Untuk informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi www.chandra-asri.com.

 


Release Terkini

No Release Found

Terpopuler


2024 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved