October
23
2017
     08:17

Pemuda Digugah untuk Beraksi Mengantisipasi Beban Sistem Pangan di Masa Depan

Pemuda Digugah untuk Beraksi Mengantisipasi Beban Sistem Pangan di Masa Depan

Jakarta, 22 Oktober 2017 – Forum for Young Indonesians (FYI) dengan tema “Our Food, Our Future” hari ini digelar di Hall Usmar Ismail Kuningan dengan menghadirkan pakar-pakar terkemuka seperti Wakil Presiden Republik Indonesia ke-11 Prof. Dr. Boediono, Menteri Kesehatan Republik Indonesia Prof. Dr. dr. Nila Moeloek, ekonom Faisal Basri, musisi dan aktivis lingkungan Nugie, serta inovator-inovator muda yang berhasil memberi ‘warna’ baru dalam praktik sistem pangan berkelanjutan dari hulu ke hilir.

Forum yang digagas oleh Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) dan didukung oleh mitra penyelenggara ID COMM, ditekadkan sebagai wadah dan katalis dimana pemuda dapat mengembangkan potensinya untuk menjadi pelaku pembangunan; menjadi sumber informasi dan pengetahuan, membangun lingkungan yang ramah terhadap inovasi, mendorong terwujudnya gagasan menjadi aksi, dan memberikan pendampingan melalui jejaring multi-sektor – yang tahun ini khususnya berfokus pada isu pangan.

Ketua FYI dan Direktur Program CISDI Anindita Sitepu mengatakan bahwa CISDI secara konsisten memperjuangkan keterlibatan pemuda dalam berbagai dimensi pembangunan. Isu ketahanan pangan dilihat sebagai pintu masuk yang tepat, karena merupakan salah satu cerminan pencapaian pembangunan berkelanjutan. Keterkaitannya yang erat dengan pemeliharaan lingkungan hidup, dan kemandirian ekonomi, menyebabkan sistem pangan berada dalam posisi strategis. “Pemuda, dengan bekal ilmu pengetahuan dan teknologi, adalah penggagas dan inovator unggul yang berpotensi menciptakan disrupsi positif, namun mereka tentu perlu didukung lingkungan yang kondusif, serta kesempatan dan akses untuk berkarya dan mengembangkan diri”, ujarnya.

Misi ini didukung kesadaran bahwa populasi Indonesia didominasi oleh kelompok usia produktif, dimana berdasarkan sensus populasi tahun 2010, Indonesia memiliki 63 juta pemuda yang jumlahnya setara dengan 26% dari 238 juta total penduduk Indonesia. Tahun 2020 hingga 2035, Indonesia akan menikmati suatu era langka yang disebut dengan Bonus Demografi dimana jumlah usia produktif diproyeksikan berada pada grafik tertinggi dalam sejarah. Karenanya perlu dipastikan pemuda Indonesia berkualitas tinggi dan aktif sebagai pelaku pembangunan bukan sekedar menjadi obyek.

Terkait dengan potensi sumberdaya manusia ini, Pendiri CISDI & Staf Khusus Menteri Kesehatan RI Bidang Peningkatan Kemitraan dan Sustainable Development Goals (SDGs), Diah S. Saminarsih, menambahkan bahwa Asia Pasifik adalah kawasan regional dengan populasi terpadat di dunia. Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbanyak di kawasan Asia Pasifik dan memiliki tantangan pembangunan yang sangat kompleks. “Indonesia membutuhkan reformasi sistem pangan dan berbagai terobosan pada lini produksi, proses pengolahan, diversifikasi, distribusi hingga manajemen limbah pangan dengan berpegang teguh pada prinsip keberlanjutan bagi kesehatan manusia dan kesejahteraan bumi. Terutama untuk Indonesia, pemudalah yang diharapkan mampu berperan sebagai pembawa pesan pembaharu ini.” Diah juga menekankan pentingnya kolaborasi antar sektor dan antar pihak, baik publik maupun swasta bersama dengan masyarakat sipil untuk mewujudkan aspirasi besar ini.

Sejalan dengan kerangka pikir SDGs isu pangan sendiri menyentuh hampir semua dari 17 butir pembangunan SDGs antara lain kemiskinan, kesehatan dan kesejahteraan, kesetaraan jender, ketersediaan air bersih dan sanitasi, energi yang terbarukan, inovasi dan infrastruktur, pola produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab, kelestarian bumi, bahkan keanekaragaman kehidupan di laut. Diah menegaskan bahwa upaya pemenuhan sektor pangan hari ini, tidak boleh mengancam kelestarian dan mengorbankan kepentingan di masa depan.

“Kami ingin memberikan wawasan yang lengkap dari berbagai aspek dan membangkitkan kesadaran yang utuh. Oleh sebab itu, diskusi sepanjang hari ini dikemas untuk menyentuh berbagai topik mulai dari tinjauan makro terhadap isu pangan, dampaknya terhadap berbagai aspek kehidupan manusia secara global, hingga budaya konsumsi di tataran individu. Kami juga mendorong agar perwakilan masyarakat sipil, utamanya pemuda, mau berkiprah sebagai social entrepreneur yang saat ini semakin dibutuhkan,” jelas Direktur ID COMM, Sari Soegondo.

Menuju puncak acara hari ini, FYI telah menyelenggarakan sejumlah program dan kegiatan antara lain kompetisi FYI Seeds for Change yang diikuti oleh 144 peserta (kompetisi konsep inovatif, kreatif dan solutif di bidang pangan) seputar fokus pemberdayaan ekonomi berbasis pangan, promosi pola makan sehat dan pengolahan limbah pangan. Pada kompetisi bergengsi ini, FYI memberikan hadiah berupa program bimbingan/mentoring dan dana pendamping awal untuk 2 pemenang masing-masing senilai Rp. 15 juta. Selain itu FYI memberangkatkan 4 pemuda terpilih dari Halmahera, Sumbawa, Ambon dan Papua melalui program FYI Fellowship untuk hadir hari ini. Untuk membangun momentum FYI juga melakukan kampanye media dan komunikasi digital secara strategis, serta seri diskusi di kampus

FYI didukung oleh Humanistisch Instituut voor Ontwikkelingssamenwerking (HIVOS/Humanist Institute for Cooperation) Southeast Asia, Aqua Danone, HiLo, Pupuk Kujang, Herbilogy, Burgreens dan Beets and Bouts, serta mitra media; Media Indonesia, Majalah Tempo, Koran Tempo, Tempo.co dan Rappler Indonesia.

Tentang CISDI

Halaman   1 2 Show All

Release Terkini

No Release Found

Terpopuler


2024 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved