May
29
2017
     15:57

Waspadai Refluks Asam Lambung Selama Berpuasa

Waspadai Refluks Asam Lambung Selama Berpuasa

Jakarta, Indonesia – Selama berpuasa, orang sering menghadapi masalah asam lambung. Meski asam lambung bukan merupakan penyakit mematikan, tetapi penyakit ini dapat menimbulkan banyak komplikasi. Sebuah peringatan kepada kita semua bahwa walaupun tampaknya tidak berbahaya, penyakit lambung tidak boleh dianggap remeh.

GERD (gastroesophageal reflux disease) adalah penyakit pencernaan yang paling umum terjadi di dunia yang diderita lebih dari 10-20% populasi orang dewasa. GERD sering dianggap sebagai penyakit dari Dunia Barat dan sangat sedikit literatur yang tersedia mengenai penyakit ini di Asia. Dengan meningkatnya obesitas dan westernisasi di Asia, prevalensi GERD meningkat dengan cepat[i]. Dari studi berbasis populasi, prevalensi GERD berbasis gejala di Asia Timur adalah 2,5%-4,8% sebelum tahun 2005 dan 5,2%-8,5% dari tahun 2005 sampai 2010. Di Asia Tenggara dan Barat, prevalensimya mencapai 6,3% -18,3% setelah tahun 2005, jauh lebih tinggi daripada angka di Asia Timur[ii]. Sampai saat ini, Indonesia belum memiliki data epidemiologi lengkap mengenai kondisi ini.

"Memasuki Ramadan, kami ingin meningkatkan kesadaran akan penyakit yang tampaknya biasa ini, namun jika tidak ditangani dengan benar, bisa berakibat fatal. Untuk dapat menjaga keseimbangan asupan makanan yang sehat tentu bukanlah hal yang mudah di jaman sekarang ini. Melalui produk dan berbagai kegiatan kampanye marketing, kami mendukung masyarakat untuk dapat menyiapkan makanan sehat dengan cara yang mudah dan praktis, khususnya saat berpuasa dimana setiap orang harus menjaga stamina agar tetap sehat,” ujar Yongky Sentosa, Head of Personal Health Philips Indonesia.

Dr. dr. Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, konsultan penyakit lambung dan pencernaan dari FKUI/RSCM mengatakan, “Ada sebagian orang Muslim yang langsung tidur setelah sahur.  Hal ini dapat menyebabkan asam lambung balik arah kembali ke kerongkongan yang pada akhirnya bisa menyebabkan masalah pada saluran cerna atas mereka. Selain itu ada  kebiasaan buruk lain  yang juga sering dilakukan pada saat Ramadan yaitu  makan terlalu berlebihan pada  saat berbuka, diikuti dengan merokok. Dengan melakukan ini, Anda sebenarnya meningkatkan risiko untuk terjadinya masalah pada lambung seperti dispepsia dan terutama jika Anda sudah  mempunyai penyakit maag sebelumnya.”

Karena itu, dr. Ari menjelaskan sebaiknya ketika berbuka, makan dengan porsi sedang. Misalnya dimulai dengan makanan ringan dalam porsi kecil, lalu menunggu hingga setelah sholat Magrib sebelum melanjutkan dengan makanan utama setelah sholat Magrib dan sebelum sholat tarawih. Tetapi tetap dengan jumlah yang tidak berlebihan. Budaya "balas dendam" dengan berpikir untuk menggandakan makan siang dan makan malam  saat berbuka harus dihindari.  Membiasakan diri untuk berhenti makan dua jam sebelum tidur agar pencernaan bisa bekerja optimal.

Gejala GERD

Gejala khas dari GERD adalah rasa panas di dada seperti terbakar dan ada sesuatu yang balik arah seperti ada yang mengganjal, atau disebut juga sebagai heartburn. Namun, kriteria GERD yang berbeda telah dipublikasikan dari seluruh dunia termasuk di Asia, dengan frekuensi gejala yang berbeda, dari seminggu sekali sampai bahkan setahun sekali. Selain itu, belum ada konsensus yang yang membedakan GERD dari dispepsia.

Heartburn yang berhubungan dengan GERD biasanya dialami setelah makan. Ada juga gejala GERD lainnya[iii] termasuk suara serak, radang tenggorokan, batuk kering kronis, terutama pada malam hari. GERD adalah penyebab umum batuk yang tidak dapat dijelaskan. Tidak jelas bagaimana GERD menyebabkan atau memperparah batuk, atau bagaimana asma dan obat-obatan yang digunakan untuk mengobatinya dapat memperburuk GERD, menyebabkan peningkatan air liur mendadak, bau mulut, sakit telinga dan nyeri dada.

Mengatasi GERD

Menurut Dr. Ari, penanganan penderita GERD pada prinsipnya adalah menghilangkan gejala dan mencegah komplikasi. Hal ini dapat dilakukan melalui intervensi non-medis atau perubahan gaya hidup, atau bila perlu, melalui intervensi medis.

Halaman   1 2 Show All

Release Terkini

No Release Found

Terpopuler


2024 © Kontan.co.id A subsidiary of KG Media. All Rights Reserved